Saturday, September 5, 2015

Pilot Militer AU Belanda Gabung ISIS





Kementerian Pertahanan Belanda menyatakan, seorang pilot Angkatan Udara Kerajaan Belanda berpangkat Sersan, diyakini telah bergabung dengan kelompok ISIS.



Kementerian Pertahanan Belanda juga menyatakan, Kejaksaan Belanda telah melakukan penyelidikan terhadap hal itu terkait kemungkinan adanya risiko menyangkut rahasia militer negara itu.



Pemerintah Belanda juga telah mematikan semua akses informasi dan akses ke sistem militer yang kemungkinan masih bisa digunakan oleh pilot berusia 26 tahun itu. Kendati begitu, pemerintah Belanda belum mengungkapkan identitas dari sang pilot yang membelot tersebut.



"Tak perlu disanksikan lagi, jika bepergian ke luar negeri dan bergabung dengan ISIS tidak dapat diterima dan harus dihukum," kata Menteri Pertahanan Jeanine Hennis Plasschaert, seperti dikutip dari CNN, Jumat (4/9/2015).



Belanda sendiri merupakan bagian dari koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) melawan ISIS di Irak dan Suriah.



"Setiap kasus radikalisasi walaupun hanya satu, kami anggap sudah terlalu banyak. Ini sangat mengecewakan jika seseorang memilih bergabung dengan kekuatan jahat, sementara rekan-rekannya mempertaruhkan nyawa untuk kebebasan orang lain," tambahnya.



CNN

AS Tak Sudi Tampung Pengungsi Suriah





Pihak Gedung Putih Amerika Serikat (AS) menyebut gelombang pengungsi Timur Tengah yang menjadi masalah di Eropa sebagai tragedi. Namun, AS tidak akan menampung para pengungsi Suriah.



Gedung Putih menyatakan, AS akan menyediakan dana bagi Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi untuk mengatasi “ledakan” jumlah pengungsi yang telah tiba di Eropa tahun ini.



Keputusan AS untuk tidak menerima para pengungsi Suriah itu disampaikan juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest. Hingga sore ini (5/9/2015), ada sekitar 2 ribu pengungsi asal Timur Tengah, termasuk dari Suriah yang menuju Austria.



“Saya tidak punya pengumuman untuk sepanjang jalur tersebut,” kata Earnest, seperti dikutip Reuters. “AS memberikan bantuan yang signifikan melalui Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR),” lanjut Earnest membela keputusan Pemerintah Obama tersebut.



Juru bicara Gedung Putih itu lantas memuji otoritas Uni Eropa untuk menangani krisis pengungsi. ”Kami memuji Uni Eropa untuk langkah-langkah yang mereka sudah diambil untuk menindak mereka yang memanfaatkan migran dalam situasi putus asa,” ucapnya.



“Kami telah melihat upaya perdagangan manusia dan penyelundupan migran secara luas, dan kami pasti senang melihat Uni Eropa mengambil langkah-langkah untuk menindak itu,” imbuh Earnest.



AS juga menawarkan bantuan pengiriman pasukan khusus penjaga pantai untuk membantu menangani para migran dan pengungsi yang mempertaruhkan nyawa di laut yang berbahaya.



REUTERS | SINDO

Bom Guncang Sinai, 4 tentara AS Tewas





Dua ledakan mengguncang wilayah timur laut Sinai, wilayah di dekat perbatasan Mesir, Israel dan Gaza Palestina. Enam tentra penjaga perdamaian, termasuk empat di antaranya asal Amerika Serikat (AS) tewas terkena ledakan.



Para korban ledakan dari Pasukan Penjaga Perdamaian Multinasional (MFO) itu telah dievakusi.”Melalui udara ke fasilitas medis, di mana semua menerima pengobatan untuk korban luka yang tidak mengancam jiwa,” kata pejabat Pentagon, Kapten Jeff Davis, dalam sebuah pernyataan, Jumat (4/9/2015).



Pejabat Pentagon lainnya, Mayor Roger Cabiness, mengatakan, empat tentara asal AS ikut tewas ketika akan menolong para tentara yang terluka oleh ledakan yang pertama pada Kamis waktu Sinai.



MFO diciptakan sesuai hasil dari perjanjian damai tahun 1979 antara Mesir dan Israel di Sinai, wilayah semenanjung yang terletak di antara Israel, Jalur Gaza Palestina dan Terusan Suez Mesir. Menurut Cabiness, seperti dikutip Reuters, ratusan petugas AS ditugaskan di wilayah itu.



Belum ada yang mengklaim bertanggung jawab atas dua ledakan mematikan itu. Namun, pada bulan lalu, kelompok militan Islam ditiduh membunuh 16 penjaga perbatasan di Sinai Utara. Hal itu mendorong Mesir untuk mengirim kendaraan lapis baja dan ratusan tentara di zona demiliterisasi di dekat perbatasan Israel dan Mesir.



Cabiness mengatakan, Pentagon tetap prihatin tentang kondisi keamanan yang memburuk di wilayah tersebut. ”Kami sedang mempertimbangkan apa pun, termasuk langkah-langkah tambahan jika diperlukan guna memastikan perlindungan dengan kekuatan. Ini termasuk membawa peralatan tambahan jika diperlukan,” imbuh Cabiness.



SINDO | REUTERS

25 Pendukung Morsi Divonis Seumur Hidup





Pengadilan Mesir menjatuhkan hukuman seumur hidup kepada 25 pendukung mantan orang nomor satu negara itu, Mohamed Morsi. Selain itu, 94 orang pendukung Morsi lainnya dijatuhi hukuman 10 sampai 15 tahun penjara.



Pengadilan di kota Sohag menghukum para pengikut Morsi dengan tuduhan telah melakukan pembunuhan dan pembakaran gereja pada tahun 2013, menyusul bentrokan brutal antara aparat kepolisian dengan pengunjuk rasa pro-Mursi saat demonstrasi di Nahda dan Rabaa Squares yang berada di ibukota Mesir, Kairo.



Seperti dikutip dari Press TV, Jumat (4/9/2015), dari total 119 terdakwa yang menjalani persidangan, 67 orang dijatuhi hukuman 15 tahun penjara, dan 27 orang dijatuhi hukuman 10 tahun penjara. Mereka dinyatakan bersalah dengan berbagai tuduhan, termasuk merencanakan pembakaran Gereja Gerges Mar. Para pengikut Morsi masih bisa mengajukan banding.



Pengadilan Sohag juga menjatuhkan vonis secara in absentia kepada 50 pendukung Morsi lainnya. Namun, pemerintah Mesir belum merilis informasi mengenai para terdakwa yang divonis secara in absentia, termasuk mengenai keberadaan mereka saat ini.



Para terdakwa yang divonis secara in absentia ini didakwa karena keterlibatannya dalam pembunuhan 15 orang, serta percobaan pembunuhan terhadap tiga orang lainnya. Aksi ini dilakukan setelah mereka melakukan demonstrasi dengan cara duduk di sebuah kamp yang akhirnya dibongkar oleh aparat keamanan, menyusul kudeta militer terhadap Morsi.



SINDO | PRESSTV

IS Tembak Kapal AL Mesir dengan Roket Canggih





ISIS merilis sebuah video yang menunjukkan kelompok tersebut menembakkan roket salvo ke arah kapal patroli Angkatan Laut Mesir di laut Mediterania, sebelah utara Sinai pada bulan Juli lalu. Akibat tembakan roket itu, kapal patroli Mesir terbakar.



Dikutip dari laman Mirror, Kamis (3/9/2015), Penjaga Pantai Mesir menembaki militan ISIS yang berada di pantai utara Sinai, yang berbatasan dengan Israel dan Gaza. Sebagai balasan, ISIS menembakan roket salvo yang menghantam sisi kapal dan berujung pada terbakarnya sisi kapal.



Hal ini diyakini sebagai serangan laut pertama kelompok ekstrimis itu, sekaligus menandakan mereka siap berperang jika diserang dari laut.



Menurut juru bicara militer Mesir, Brigradir Jenderal Mohammes Samir, tidak ada korban jiwa dalam insiden itu. Namun, sejumlah kru kapal mengalami luka-luka. Menurutnya, Angkatan Laut Mesir secara rutin melakukan patroli di wilayah perairan Mesir dan telah sering digunakan untuk mengangkut personel tentara dan polisi ke daratan Mesir.



Tidak hanya itu, kelompok yang dipimpin oleh Abubakar al-Baghdadi ini juga merilis sebuah video yang menunjukkan kehebatan penembak jitu mereka. Dalam video tersebut, seorang penembak jitu ISIS menembak mati seorang tentara Mesir dan meledakan bom yang diletakkan di sisi jalan dengan target pasukan keamanan.



ISIS juga memperlihatkan persenjataan yang mereka punya. Dalam video itu terlihat jika ISIS memiliki sejumlah persenjataan berat dan peralatan militer yang mematikan. Pada bagian akhir videonya, ISIS menunjukkan sejumlah anak-anak menyoraki konvoi tentara ISIS.



Belum diketahui lokasi video tersebut diambil. Namun diketahui jika 2.000 anggota ISIS berada di Semenanjung Sinai, wilayah yang berada di ujung selatan dan wilayah yang amat populer bagi wisatawan asal Inggris.



Serangan yang dilakukan oleh ISIS telah menewaskan puluhan tentara dan polisi di Semenanjung Sinai sejak penggulingan Mohammed Morsi pada tahun 2013 lalu.

Booking Hotel Termewah Se-Amerika, Raja Saudi Acuh Derita Pengungsi Suriah





Raja kaya raya Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz sedang disorot media setelah mem-booking hotel termewah dan termahal saat lawatan ke Amerika Serikat (AS). Namun, Raja Salman dianggap diam atas penderitaan pengungsi Suriah yang sedang jadi sorotan dunia.



Banyak media Barat mengulas lawatan mewah Raja Salman. Bahkan, calon presiden AS, Donald Trump, yang selalu sesumbar orang kaya di AS dianggap tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Raja Salman.



Salman mendarat di Washington, AS, pada Kamis waktu setempat. Menurut laporan Politico, rombongan Raja Saudi mem-booking seluruh kamar hotel Four Seasons di Georgetown, salah satu hotel termewah dan termahal di Ibu Kota AS.



Saksi mata mengatakan kepada Politico bahwa, karpet merah digelar di lorong-lorong dan furnitur berlapis emas dipajang khusus untuk menyambut Raja Salman di hotel itu.”Cermin emas, tabel emas dan lampu emas disiapkan sebelum kunjungan Raja Saudi,” tulis media AS itu, mengutip keterangan saksi mata di hotel Four Seasons.



Masih menurut laporan Politico, tamu-tamu lain yang telah memesan kamar hotel itu terpaksa dipindahkan ke hotel lain. Sementara itu, petugas hotel ketika dikonfirmasi FoxNews, menjawab;”Saya tidak bisa mengkonfirmasi atau menyangkal bahwa informasi benar atau tidak.”



Lawatan Raja Salman ke AS untuk berbicara dengan Presiden Barack Obama. Pembicaraan kedua pemimpin itu berlangsung Jumat waktu AS, untuk membahas kesepakatan nuklir Iran dan pengaruhnya terhadap wilayah Timur Tengah.



Sementara itu, Amnesty International, mengkritik keras enam negara kaya di Teluk, termasuk di dalamnya Arab Saudi, yang diam atas penderitaan pengungsi Suriah.”Enam negara Teluk; Qatar, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Kuwait, Oman dan Bahrain, menawarkan nol tempat pemukiman untuk pengungsi Suriah,” kecam Kenneth Roth, direktur eksekutif Human Rights Watch, seperti dikutip Washington Post, Sabtu (5/9/2015).



Kecaman itu muncul setelah pengungsi cilik Suriah, Aylan Kurdi yang baru berumur tiga tahun tewas terdampar di lepas pantai Turki. Bocah kecil yang menuai empati masyarakat dunia itu, sedianya hendak mengungsi ke Yunani, Eropa, bersama keluarga dan rombongan lain asal Suriah. Tapi, tragisnya perahu yang mereka tumpangi terbalik.



POLITICO | SINDO

IS Bakar Hidup-hidup 4 Milisi Syiah





Militan ISIS pekan ini merilis video yang memperlihatkan eksekusi pembakaran empat milisi Syiah Irak pada Senin (31/8). Dalam video tersebut, ISIS menyatakan eksekusi pembakaran ini merupakan pembalasan atas aksi pembakaran warga Muslim Sunni sebelumnya oleh pasukan pemerintah yang bersekutu dengan Syiah.



Dikutip dari kantor berita Xinhua, dalam video terbaru ISIS ini, para korban mengaku sebagai anggota Hashd Shaabi, sebuah kelompok milisi Syiah yang juga dikenal dengan nama Populer Mobilization Forces.



Dalam video itu, tangan dan kaki para korban diikat rantai sebelum mereka digantung di besi. Video yang berdurasi selama sekitar lima menit itu disertai dengan sebuah adegan yang memperlihatkan pria Sunni menggantung milisi Syiah itu di atas api.



Video itu memperlihatkan seorang anggota ISIS militan bertopeng yang menyebutkan bahwa pembakaran itu merupakan respon ISIS atas aksi pembakaran yang dilakukan milisi Syiah sebelumnya terhadap warga Sunni di dekat kota Garma yang dikuasai ISIS, di timur kota Fallujah, sekitar 50 km sebelah barat kota Baghdad, Irak.



Selain itu, militan ISIS tersebut juga menyebutkan mereka membalaskan dendam untuk aksi pembakaran tiga warga Sunni di provinsi Diyala, sebelah timur Irak.



"Hari ini, pembalasan telah datang. Kami menyakiti mereka seperti mereka menyakiti perasaan kami, dan menghukum mereka karena mereka menghukum kami," kata pria militan bertopeng dalam video yang tidak mengungkapkan lokasi pembakaran.



Meski demikian, para milisi Syiah sendiri menyatakan dalam rekaman video tersebut bahwa mereka ditangkap oleh militan ISIS dalam operasi di daerah Nekheib, yang berjarak 400 km sebelah selatan Ramadi, ibu kota provinsi Anbar, Irak barat.